Pernah mendengar Agartha? Jika kita sudah mengenal Shambhala, Agartha
mirip dengannya. Shambhala sering diklaim sebagai sebuah lokasi (fisik) yang
terdapat di sebuah wilayah rahasia di muka bumi (Meskipun Shambhala dan
Shangri-La lebih layak diartikan sebagai lokasi spiritual yang hanya mampu
dijangkau mereka yang mengenal realitas tertinggi di dalam hatinya).
Sebaliknya, Agartha, meskipun lokasinya semisterius Shambhala (Shambala sendiri
sering disebut sebagai ibukota Agartha), terletak di pusat bumi.
Bumi Yang Berlubang
Orang-orang yang percaya keberadaan Agartha meyakini bahwa bumi memiliki
ruang besar di dalam. Ibaratnya jeruk, manusia hanya tinggal di kulit jeruk.
Sementara itu, isi jeruk tersebut adalah Agharta. Bedanya, di dalam Agartha
terdapat sistem kehidupan tersendiri. Terdapat matahari dan langit seperti
halnya matahari dan langit yang kita lihat di muka bumi. Bahkan, kehidupan di
Agartha lebih maju daripada kehidupan di muka bumi. Agartha bisa dicapai
melalui gua-gua rahasia atau terowongan yang sengaja dibuat manusia Agartha
untuk terhubung dengan manusia muka bumi.
Tempat-Tempat Yang Berhubungan dengan Agartha
Jalan paling mungkin untuk mencapai Agartha konon terletak di kutub utara
dan selatan. Ada
klaim bahwa kedua titik bumi itu memiliki lubang menganga yang mengarah
langsung ke Agartha. Selain itu, ada tempat-tempat tertentu di muka bumi yang
terkoneksi langsung dengan Agartha. Misalnya: Gua Mamoth Kentucky (Amerika
Serikat), Gunung Shasta (California, Amerika Serikat), Morona-Santiago (Ekuador),
Mato Grosso (Brazil), Air Terjun Iguacu (perbatasan Argentina-Brazil), Gunung
Himalaya, Piramida Giza, dan beberapa tempat lain.
Seperti halnya dunia muka bumi, terdapat beberapa wilayah (kota) di Agartha.
Misalnya, Telos, kota
yang ada di bawah Gunung Shasta. Ada pula kota Posid di bawah Mato
Grosso. Kota Shingwa ada di bawah perbatasan Mongolia
dan China.
Sementara kota Rama ada di bawah kota bernama sama di India.
Penjelasan tentang Agartha sendiri sudah banyak dikuak oleh beberapa
orang, terutama penggemar pseudo-sains. SEOrang pelayar Norwegia, Olaf Janson
dalam “biografi fiktifnya”, “The Smoky God”, mengaku sudah datang ke dunia
bawah tanah. Konon Olaf Janson pernah tinggal selama dua tahun di Agartha.
Sementara, Leonard Euler, SEOrang matematikawan, berkomentar, “secara
matematis, bumi semestinya berongga”. Ray Palmer dalam majalah “Flying Saucers”
edisi 69 dan “Search Magazine” edisi 92. Ia menunjukkan bukti foto satelit
ESSA-7 di Kutub Utara yang klaimnya menampakkan foto bumi yang berlubang.
Namun, yang paling “nyata” tentu perjalanan Admiral Byrd pada 1947.
Agartha atau nama padanannya (Agartta, Agharti, Agarta atau Agartth)
mungkin akan dianggap sebagai kota
fiktif oleh orang-orang skeptis. Namun, perjalanan Admiral Richard E. Byrd pada
pertengahan Februari 1947 mungkin akan mengubah paradigma ini.
Tahun-tahun tersebut, Perang Dunia II telah berakhir dengan kemenangan
Amerika Serikat dan sekutunya. Jepang yang sempat menggempur Pearl Harbour,
langsung bertekuk lutut setelah dua kota, Hiroshima dan Nagasaki,
dibom atom. Dalam keadaan dunia yang masih kacau-balau ini, Admiral Byrd
melakukan penerbangan ke kutub utara. Di sana,
Byrd menemukan pemandangan menakjubkan.
Jika Arktik semestinya dipenuhi es atau salju, sang Admiral justru melihat
pegunungan, hutan, sungai, dan danau yang sama sekali tidak merepresentasikan
daerah kutub. Tak ayal lagi Byrd telah sampai ke Agartha (walaupun Byrd tidak
menyebutkan bahwa ia berada di Agartha).
Di dunia bawah tanah yang serupa dengan dunia muka bumi ini, Byrd bertemu
dengan SEOrang tetua yang “mengundangnya dengan telepati” ke dunia
tersebut.Sang tetua secara umum mengeluhkan kebrutalan manusia dalam
tahun-tahun terakhir. Manusia bawah tanah memperingatkan ancaman kemunduran
peradaban muka bumi yang disebabkan perang.
Tetua tersebut mencontohkan bagaimana Zaman Kegelapan pernah melanda
Eropa. Keadaan yang lebih buruk akan menimpa manusia, yang digambarkan sang
tetua sebagai badai kelam yang akan menyapu hampir semua manusia muka bumi.
Byrd diundang ke dunia bawah bumi demi menyampaikan pesan penegakan perdamaian
sebelum terlambat. Sang tetua mengklaim bahwa mereka telah berusaha mengirimkan
pesan secara langsung dengan pesawat Flugelrad yang dikenal manusia bumi
sebagai UFO. Namun, bukannya ditanggapi, UFO tersebut justru ditembaki dan
dikejar oleh pesawat tempur Amerika Serikat karena dianggap penyusup.
Orang lain boleh beranggapan Byrd tengah berkhayal berlebihan. Namun,
seandainya ia memang pendusta sekalipun, pesan 64 tahun lalu itu demikian
gamblang: ada ancaman besar atas “keberhasilan” manusia menciptakan senjata
pemusnah massal dan semakin rapatnya semua wilayah dunia berkat kemajuan
teknologi.
Lebih jauh, Kalaupun Olaf Janson, Leonard Euler, Ray Palmer, dan Admiral
Byrd hanya bermimpi, bukankah keadaan Agartha yang asri merupakan khayalan umum
semua orang di dunia tentang keadaan dunia yang diharapkan? Jauh dari polusi,
gas beracun, gedung bertingkat, kendaraan, plastik, dan produk budaya yang
“maju” ini, setiap manusia lebih suka “bersatu dengan alam”. Orang yang tidak
percaya, bisa beranggapan, kepercayaan tentang Agartha datang dari perjalanan
spiritual ruh manusia untuk mengenali dunianya sendiri yang ternyata
serbamisterius. Selebihnya, ada atau tidaknya Agartha, biarlah selamanya tetap
menjadi rahasia.
No comments:
Post a Comment
Nama : Vian Yulianto
kota tinggal : Yogyakarta
bersekolah : Univ. Terbuka jurusan Komunikasi